Sejarah KH.Zaenal Musthafa Sukamanah Terus Selalu Hidup

243

advertising

LOGIKANEWS.COM – Dalam pengantar buku Ajengan Sukamanah, Moriyama seorang Guru Besar Studi Indonesia Nanzan University menulis, sejarah selalu hidup, terus-menerus berubah. Penulisan suatu representasi pemahaman dengan interpretasi peneliti dan penulis.
Menurut Mikihiro, penulis buku Ajengan Sukamanah atau Biografi KH. Zainal Musthafa Asy Syahid, Iip D. Yahya penulis sejarah handal. Kang Iip membuktikan, sejarah itu dinamis dan berubah dengan penemuan baru dalam buku yang ditulisnya.

Hal itu terungkap di Seminar Diaspora Penyintas Perlawanan Sukamanah: Melacak Jejaring Santri KH. Zainal Musthafa yang digelar Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (Lakpesdam) PWNU Jawa Barat dan Pemkab Purwakarta di Bale Paseban, Sabtu (25/2/ 2023).

Dalam buku yang ditulis Direktur Media Center PWNU Jawa Barat itu tertulis, perlawanan Ajengan Sukamanah, KH Zainal Musthafa, di Tasikmalaya pada tahun 1944, disebut pemberontakan sipil terbesar dalam sejarah militer Jepang di tanah Jawa. Hal itu diakui Kenpeitai, polisi militer Jepang, yang berhadapan dengan KH. Zainal Musthafa beserta ribuan pengikutnya yang terjadi pada Jumat, 18 Februrari 1944.
Pengakuan itu disampaikan Keinpetai melalu sebuah dokumen yang diterbitkan dalam buku The Keinpeitai in Java and Sumatra (2010), karya S. Barbara Gifford Shimer dan Guy Hobbs. Buku tersebut kemudian dikutip Kang Iip.

Pimpinan Pondok Pesantren Raudlatut Tarbiyyah Liunggunung, Plered, Purwakarta, KH. Ahmad Anwar Nasihin, salahsatu narasumber dalam seminar tersebut mengungkapkan, awalnya, Ajengan Sukamanah menentang sejumlah kebijakan kolonial Jepang yang merugikan dan menindas rakyat Indonesia. Kebijakan pertama soal upeti padi yang membebani rakyat.

“Apalagi saat itu kondisi sedang paceklik hingga membuat rakyat kesulitan. Kebijakan kedua yang ditentang KH. Zainal Musthafa, kerja paksa (romusha). Jepang sudah mengirimkan tenaga kerja paksa ke seluruh wilayah di Indonesia dan Asia sejak Oktober 1943,” ujar Kang Anwar, cucu dari KH. Didi Izuddin santri Ajengan Sukamanah.

Kebijakan ketiga yang dinilai melukai umat Islam dan sangat ditentang Ajengan Sukamanah, kewajiban Kyujo Yohai, menghormati istana Kaisar Jepang di Tokyo dengan cara membungkukkan badan arah timur mirip ruku dalam shalat. Kebijakan ini dikenal pula sebagai Saikeirei.

Dalam buku yang ditulis Kang Iip diketahui, tahun 1944, kebijakan upeti beras semakin keras, banyak santri yang hendak mondok di Pesantren KH. Zainal Musthafa dirampas bekalnya oleh tentara Jepang dan antek-anteknya. Kondisi itu tentu saja meresahkan masyarakat dan membuat Ajengan Sukamanah kian marah.

Kemarahan dan sikap perlawanan Ajengan Sukamanah terhadap kolonial ditunjukkan dengan ceramahnya yang keras terhadap Jepang. Ajengan Sukamanah menolak melakukan Saikeirei setiap menghadiri pertemuan dengan pemerintah atau juga perkumpulan ulama.

Sikap Ajengan Sukamanah mulai terendus militer Jepang. Pihak Jepang menganggap KH. Zainal Musthafa hendak melawan kolonial. Pihak militer Jepang mendengar informasi dari mata-matanya, Ajengan Sukamanah sedang melatih santri dan masyarakat ilmu bela diri pencak silat yang tertuang kisahnya di buku setebal 126 halaman yang diterbitkan pada Tahun 2021. Iip D. Yahya selaku penulis buku yang resmi diluncurkan pada tahun 2021 itu hadir dalam seminar tersebut. Ia mengatakan, buku yang ditulisnya memberikan gambaran yang lebih utuh hasil dari riset yang sudah ada tentang perjalanan KH. Zainal Musthafa.

Acara tersebut dihadiri, Bupati Purwakarta Hj.Anne Ratna Mustikan dan sejumlah perwakilan Forkopimda setempat, Ketua PCNU Kabupaten Purwakarta dan jajaran IPNU dan Banom KBNU serta para undangan lainnya.

(Laela/Diskomimfo)

IKUTI CHANEL YOUTUBE KAMI JUGA YA

Tinggalkan pesanan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More